Haneda Ananta (35) dan Endah Sutjihati (34) adalah dua sosok di balik suksesnya wiraUsaha Kain Perca. Di bawah bendera usaha Caremommies, keduanya tak cuma fokus menghitung besar modal dan laba. Tetapi, pengusaha yang menciptakan banyak produk dari limbah tekstil ini juga menularkan keahlian mereka kepada orang lain. Mulai dari ibu-ibu yang tinggal di sekitar tempat tinggal mereka, hingga para napi di Rutan Salemba dan Cipinang. Pantas jika mereka menyandang gelar Social Entrepreneur di ajang Lomba Wanita Wirausaha BNI-Femina 2010.
DARI NIAT MEMBANTU
Keinginan untuk menjadi wirausaha yang peduli pada lingkungan dan sesama berawal sejak mereka berdua membuat bisnis kecil-kecilan tahun 2007. Tujuan awalnya cukup sederhana, yaitu sekadar mencari tambahan uang kas sekolah. Kebetulan, keduanya tergabung dalam komite sekolah sebuah taman kanak-kanak, tempat anak mereka bersekolah.
“Idenya, membuat kaus nama untuk anak-anak dengan memanfaatkan kain perca. Saya punya teman yang bekerja di konfeksi, sehingga saya bisa mendapatkan kain perca itu secara gratis,” kenang Endah, sumringah. Sinergi mereka langsung klop. Sebagai lulusan Desain Grafis Trisakti, Haneda sangat kreatif soal desain, sementara Endah jago soal menjahit dan menyulam.
Kaus nama yang dibuat selusin itu ternyata laris manis. Insting wirausaha mulai menggelitik keduanya untuk menekuni proyek khusus ini sebagai bisnis serius. “Dengan modal awal Rp500.000, kami membeli bahan-bahan dan alat untuk menjahit dengan tangan, dan membayar tenaga lepasan,” jelas Haneda.
Kids & Cook adalah nama yang mereka pakai untuk bisnis pertama mereka ini. Tantangan awalnya adalah kesulitan mencari orang yang terampil menjahit dan menyulam. Namun, kebuntuan ini justru dijadikan celah untuk melahirkan tenaga-tenaga ahli baru. Sasaran Endah waktu itu adalah rekan sesama ibu yang menunggui anak mereka pulang sekolah. “Daripada bengong, saya tawari saja mereka untuk belajar menyulam dan menjahit.”
Ternyata, peminatnya lumayan banyak. Ruang tunggu sekolah itu pun berubah menjadi studio jahit dadakan,” cerita Endah, geli. Usahanya ini tak cuma berhasil menambah keterampilan, tapi juga memberi penghasilan tambahan kepada ibu-ibu rumah tangga itu. “Setiap kaus dengan sulaman atau jahitan nama karya mereka selanjutnya kami beli dengan harga pantas,” tambahnya.
Beberapa bulan berdiri, mereka mulai berani mengikuti berbagai pameran dan bersaing dengan produk lain. Ajang ini tak hanya membuka jejaring bisnis, tapi juga membanjiri mereka dengan ide dan masukan dari para konsumen. Produksi mereka pun jadi lebih bervariasi. “Kini produk kami mencapai 30 jenis dengan kisaran harga Rp10.000 - Rp2,5 juta. Agar menonjol dari produk kompetitor, kami selalu berusaha menggali ide desain baru yang orisinal,” ungkap Haneda.
Terbukti, produknya banyak diminati konsumen. Kain kanvas berwarna putih disulapnya menjadi cantik dengan berbagai tisikan sulam warna-warni atau tokoh kartun yang sedang digandrungi anak-anak. Untuk menjaring konsumen ibu-ibu, mereka menambah variasi produk baru, seperti jalinan kain perca yang dibentuk menjadi celemek, sarung bantal, bed cover, dan kain cempal (untuk mengangkat barang-barang panas). Dengan begitu, jangkauan konsumen mereka meluas, dari anak-anak hingga ibu-ibu. “Sekarang kami sedang berusaha menjaring konsumen remaja. Salah satunya lewat produk sampul buku dari kain sulaman yang unik dan girlie,” kata Haneda.
Bisnis yang meningkat pesat membuat mereka terpikir untuk mencari nama baru. Tahun 2008, Kids & Cooks resmi berganti nama menjadi Caremommies. “Untuk mengokohkan usaha kami, di tahun yang sama kami langsung mematenkan nama Caremommies,” tambah Haneda. Ide untuk memakai nama Caremommies ini dirasa cukup mewakili passion dan misi bisnis mereka. Kata care atau peduli memang menjadi penekanan dalam usaha. Kecintaan mereka terhadap anak-anak tertuang pada beragam pernak-pernik lucu yang mereka produksi.
Dalam proses usahanya, mereka juga selalu berusaha memperhatikan lingkungan, dengan memakai bahan baku potongan kain limbah pabrik tekstil yang mereka beli dari agen. Tak cuma itu, mereka juga tergerak untuk memberdayakan wanita. “Kami ingin wanita tidak hanya berdiam diri, menunggu dinafkahi oleh suami, melainkan bisa berwirausaha. Melalui kursus gratis menjahit dan menyulam, kami siap mewujudkan impian mereka ini,” ungkap Endah.
Meski belum lama di dunia bisnis ini, Endah dan Haneda tahu benar pentingnya branding. Tahu modalnya terbatas, sejak awal mereka memakai pendekatan online untuk mempromosikan produk, yaitu melalui situs caremommies.com dan akun facebook dengan nama sama. Ternyata, cara ini berhasil menuai sambutan dan feedback positif. Ditambah ulasan berbagai media, Caremommies pun makin berkibar. Berkat ketekunan mengikuti berbagai bazar berkualitas, sejak 2010 Caremommies berhasil menembus Alun-Alun Indonesia dan Galeri Smesco.
Sekarang, memasuki tahun keempat, usaha keduanya telah berhasil meraup omzet Rp20 juta - Rp25 juta per bulan. Dari yang tadinya hanya digarap keroyokan berdua dan membayar pekerja lepas, kini mereka telah memiliki 15 pekerja tetap yang mereka sebut sebagai partner. Saking membeludaknya pesanan, para pemesan harus rela mengantre. “Karena handmade, mereka harus sabar menunggu. Untuk pesanan hari ini, barang baru bisa dikirim dua minggu kemudian. Untungnya mereka bisa mengerti dan mau menunggu,” kata Haneda.
Sebenarnya, untuk mengejar pesanan, mereka bisa saja mengganti jahit tangan dengan jahit mesin. Tetapi, mereka tidak melakukannya. “Selain kehilangan ciri khas produk, visi kami untuk menciptakan lapangan pekerjaan juga tidak akan tercapai,” tekan Endah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar