Jumat, 27 Juli 2012

Makin Banyak Pilihan Peluang Usaha

        Peluang Usaha Mencari Uang bisa muncul dan Sukses dari bidang yang bermacam macam, bisa dari bidang Kuliner, bidang Fashion, bidang Otomotif, dan lain lain

       akhir akhir ini yang Makin banyak diminati untuk dijadikan bisnis adalah produk perawatan, karena ternyata makin banyak yang melakukan perawatan tubuh, dan sebagian besar konsumennya wanita, dimana wanita suka belanja kan? jadi perputarannya cepat, mulai parfum, make up, lotion perawatan kulit cantik, Shampo, Pembersih wajah, dsb. banyak yang pakai, bahkan sekarang banyak juga Lelaki pakai parfum dan pembersih wajah..

       Salah satu Produk perawatan tersebut adalah Oriflame, Merk produk Perawatan Impor Berkualitas Tinggi dari Swedia dengan banyak jenisnya, mulai Tata rias lengkap, Pembersih Wajah, Lotion perawatan kulit, Parfum, dan banyak lagi. harganya pun bervariasi, mulai 10ribu-an sampai ratusan ribu, bisa dicek di SebelahSini

      beberapa keunggulan join Oriflame, pertama adalah Diskon/laba yang tinggi, setiap member dapat Diskon/laba sebesar 23% dari harga barang yang dijualnya, banyak kan untungnya...? Kalau kita Pakai sendiri pun, juga sudah untung, karena dapat Produk Impor dengan harga member yang diskon
   
   Keunggulan kedua adalah banyaknya kantor cabang yang tersebar di seluruh indonesia, hal ini memudahkan untuk pengiriman barang pesanan ke konsumen. mulai Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dsb. selengkapnya bisa dilihat di SebelahSini
         
     Keunggulan lain yang juga membikin banyak yang Tertarik Bergabung adalah murah dan mudahnya syarat bergabung, dengan uang Rp. 49.900 (cuma sekitar 50 ribu) dan KTP, kita bisa segera menikmati keunggulan keunggulan diatas

      
            Berikut adalah Beberapa yang sudah menikmati banyak Keunggulan Join oriflame

Para wanita ini memanfaatkan Facebook untuk mencari penghasilan, cek pendapatan per bulan mereka di SebelahSini

Para Lelaki yang ikut Menikmati Serunya Bisnis Produk Perawatan, Simak pengakuan mereka  di SebelahSini

Buat yang sudah kerja kantor, Join Oriflame pun bisa jadi satu cara mendapat Penghasilan Tambahan, seperti bisa diklik di SebelahSini

Merasa Masih muda tapi sudah ingin belajar cari Uang? beberapa contoh bisa diklik alasannya di SebelahSini

Ada Juga Para Bunda yang Join Oriflame karena ingin Kerja cari duit di Rumah, karena bisa sambil Urus Anak dan Masak, bisa diklik di SebelahSini

Bagi yang Sekedar ingin belajar bagaimana ilmu bisnisnya saja pun, bisa diklik di Sebelah Sini

Buat yang pengen jadiin sebagai Bisnis OnLine, bisa diklik di SebelahSini

Ada yang berhasil Merubah Kesusahan Hidup jadi Sukses dengan Oriflame lho, Klik Contohnya di SebelahSini

termasuk konsumen setia produk perawatan..? Simak Biaya yang bisa dihemat dengan jadi Member di  SebelahSini

sedang Ingin Bisnis yang bisa Bertahan sampai Hari Tua...? boleh klik SebelahSini

mau tahu keiistimewaan produk kesehatan kami,klik SebelahSini ya

Punya Banyak Impian? wujudkan dan klik SebelahSini

jadi itu sekilas sekedar informasi adanya satu lagi Pilihan Peluang Usaha, Semoga Bermanfaat..

Info lain lebih jelas, lengkapi form di bawah ini yach yaa....



Mbak Ingin Dapat Panduannya...? Isi Form dibawah ini yach
Kami Jaga kerahasiaan Data Mbak




.

Selasa, 24 Juli 2012

Peluang Usaha SANDAL INOVATIF Untungnya Lumayan


Bisnis sandal dan sepatu tak selalu harus besar. Asal punya kiat jitu, laba pasti bisa ditangguk. Itulah yang dilakukan Rio Pernando, pemilik Kios Brombek Sandal dan Sepatu Inovatif di Jakarta.

Dari peluang usaha bisnis sandal dan sepatu inovatif yang digelutinya, kios kecil Rio mampu mengeruk keuntungan Rp5 juta-Rp7 juta per bulan. Prinsip bisnis yang dianut Rio sederhana saja, sandal dan sepatu adalah barang yang selalu dibutuhkan oleh setiap orang. Karena itu, pemuda kelahiran Padang, Sumatera Barat (Sumbar) itu yakin selalu ada pasar untuk barang dagangannya. Tinggal lagi, memilih produk yang tepat yang akan selalu mampu menarik minat pembeli.

“Karena sepatu dan sandal adalah benda yang dibutuhkan hampir semua orang, dari awal impian saya sudah bulat untuk menekuni bisnis tersebut,” ungkap Rio.

Karena itu, walaupun tidak sanggup memiliki toko sepatu yang mewah seperti yang berada di pusat-pusat perbelanjaan di kota besar, Rio yakin peluang usaha kios sandal dan sepatu kecilnya cukup untuk memulai bisnis impiannya.

Impian tersebut diwujudkannya dengan membuka kios sandal dan sepatu di Jalan Kayu Manis VIII, Jakarta Timur. Namun, sadar bahwa kios kecilnya tidak akan menarik jika tidak menawarkan sesuatu yang lebih, Rio pun berinovasi.

Maka,kios kecilnya pun meriah dengan warnawarni dari sandal dan sepatu yang dipajang di depan serta di dalam etalase tokonya. Strategi itu efektif, maka mantaplah Rio menggeluti dan menekuni peluang usaha bisnis yang disebutnya sepatu dan sandal inovatif.

Inovatif, menurut dia, karena sepatu dan sandal yang dijualnya memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan sandal yang dijual di tempat lain. Sandal dan sepatu yang dijualnya berdesain menarik, bahkan unik, dengan warna dan motif yang beragam.

Dengan menjual peluang usaha produk yang demikian, kata dia, segmen pasarnya pun beragam, mulai dari anak-anak,remaja hingga orang tua. “Sepatu dan sandal yang kita jual di sini semuanya harus bernuansa inovatif dan kreatif. Bukan sekadar sepatu atau sandal biasa seperti yang dijual di toko-toko pada umumnya,” jelasnya.

Bisnis sepatu dan sandal inovatif yang ditekuni pemuda kelahiran 1975 ini menurut dia memang baru berjalan sejak dua tahun yang lalu. Namun, sejak bisnis itu digelutinya, Rio mengaku tidak tertarik untuk beralih ke bisnis lain. Padahal, sebelum menggeluti bisnis sepatu dan sandal inovatif, Rio mengaku telah mencoba berbagai jenis usaha dan bisnis lain. Hal itu tak lepas dari perjalanan panjangnya dalam berbisnis.

Kendati masih terbilang muda, Rio mengaku memiliki pengalaman hidup serta bisnis yang cukup panjang. Hal itu, jelas dia, menjadi faktor yang membentuk keteguhannya dalam berusaha, salah satu modal yang terpenting untuk memulai bisnis.

Rio bercerita, dia memulai perjalanan peluang usahanya sejak meninggalkan tanah kelahirannya di Padang, saat dirinya masih kelas lima sekolah dasar menuju ke Jambi. “Waktu itu saya ingat sekali, saya masih ingusan dan masih memakai celana pendek, tapi saya sudah nekat ingin berjuang sendiri,” tuturnya.

Di Jambi, Rio ikut dengan orang dan membantu berjualan sepatu dan sandal. Sambil bekerja di Jambi, Rio menyelesaikan pendidikannya di tingkat sekolah menengah pertama (SMP).
.

Di Bandung, pemuda yang berulang tahun pada bulan Agustus itu juga menyempatkan diri untuk menggeluti bisnis pakaian bekas yang dibelinya dari Batam. “Waktu itu, sambil menjalani bisnis itu, saya mulai yakin bahwa tetap saja yang paling berpeluang adalah bisnis sepatu dan sandal,” kata Rio.

Karena itu, tekadnya pun bulat untuk membuka bisnis sepatu dan sandal. Dari segala jerih payahnya di Bandung, Rio pun mengumpulkan uang untuk modal memulai bisnisnya di Jakarta.

Di Jakarta, Rio membeli kios seharga Rp10 juta. Untung, kios yang dibelinya dijual dengan segala isi yang ada di dalamnya,termasuk sandal hias. “Jadi saya tinggal mengelola dan melanjutkan. Itu sesuai dengan yang saya inginkan,” tuturnya.

Seiring waktu, usaha Rio pun berkembang. Dia rajin mencari produk baru yang menarik untuk dijual di kiosnya. Para pelanggan pun terus berdatangan. Soal prospek bisnis sepatu dan sandal inovatif yang digelutinya, Rio menjawab bijak.

Menurut dia, kunci sukses adalah mencintai pekerjaan yang dilakoni. Sebab, jika tidak mencintai bisnis yang digeluti, bisnis itu tidak akan berjalan, apalagi memberikan keuntungan.

“Apa pun yang dilakukan, khususnya dalam dunia bisnis,pasti ada hasil yang akan dituai. Kalaupun belum sukses, setidaknya menghasilkan.Tapi akan jauh lebih baik jika kita juga mencintai bisnis itu,” ujarnya.

Dua tahun menggeluti bisnis sepatu dan sandal inovatifnya, Rio mengaku sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya, menabung, dan bahkan menyewa satu lagi kios di samping kios sepatu dan sandal miliknya.“Tanpa bisnis ini, hidup saya tidak akan seperti sekarang,” tuturnya. 




Sayang Hewan menjadi modal bisnis MARRYBUNNYTOWN


Rasa cinta Sary Melati atau yang biasa disapa Sary akan hewan peliharaan tercermin dari raut wajahnya yang berbinar ketika menceritakan hewan-hewan di petshop-nya. Saat berbincang-bincang  ibu yang juga hobi menulis ini sempat menuturkan kiat memelihara hewan peliharaan, “Jangan memanusiakan hewan karena itu akan menyalahi kodrat alami mereka.”

Bagi Sary dan keluarga, hewan tak seperti manusia. Mereka tak berpikir, mereka hanya merespon energi pemiliknya karenanya sang pemilik wajib memberikan energi positif kepada hewan peliharaan. Dalam merawat serta memelihara hewan sebaiknya jangan anggap mereka seperti anak sendiri dengan memberikan perhatian berlebihan serta fasilitas yang didasari pada hasrat sang pemilik yang sebenarnya tak dibutuhkan oleh hewan. “Tetaplah menganggap hewan sebagai hewan. Anda cukup mencintainya dan memenuhi kebutuhan alaminya. Treat your pet well,” saran Sary.

Sesuai pengakuan Sary kepada CE, bisnisnya yakni MaruBunnyTown.Com didirikan bukan semata-mata untuk menghasilkan uang atau keuntungan berlimpah. “Bisnis kami adalah bisnis hobi. Kami tidak menjual produk yang dapat diproduksi secara massal dan dijual dalam jumlah banyak,” jelasnya. MaruBunnyTown melibatkan makhluk hidup lain yang memerlukan waktu untuk berkembang biak serta pemeliharaan dan perawatan yang tepat.

Sary beserta M. Ahadiyat, suaminya, lebih mementingkan kualitas serta kesehatan pet sebelum ada pelanggan yang berminat membelinya dari mereka. Keduanyapun menerapkan sistem pembelian hewan peliharaan dengan sebelumnya memasang foto anakan pets di internet dan mengarahkan calon pembeli untuk mengunjungi serta membaca blog MaruBunnyTown terlebih dahulu sebelum datang ke tempat mereka. Bagi Sary, hal itu sangat penting agar calon pembeli bisa tahu kondisi hewan peliharaan yang akan mereka beli. Selain untuk memuaskan hati pelanggan, cara ini juga berguna untuk memastikan bahwa hewan peliharaan yang berasal dari toko online mereka dalam kondisi sehat.

Bercerita mengenai awal pendirian usaha petshop online-nya, Sary menuturkan mulanya konsep bisnis MaruBunnyTown.Com adalah online petshop rabbit speciality yakni menjual beragam jenis kelinci hias hasil ternak sendiri di rumahnya yang berlokasi di Sawangan, Depok, serta menyediakan dan menjual pakan, vitamin atau obat dan beragam perlengkapan khusus kelinci. Strategi online diambil Sary dan sang suami dengan alasan dapat meminimalisasi biaya sebab tak perlu mengeluarkan uang untuk menggaji karyawan sebagaimana halnya bila mereka memiliki toko. Berbekal sarana yang memang sudah dimiliki yaitu koneksi internet dan laptop, Sary menganggap online merupakan konsep yang jauh lebih praktis dalam berbisnis. Merekapun bisa membagi waktu dengan lebih efisien, kapan harus mengelola bisnis dan kapan mengurus rumah tangga serta meluangkan waktu untuk anak-anak mereka.

Penjualan secara online itu resmi dilakukan pada 24 Desember 2009 dengan memanfaatkan blog mereka yang beralamatkan di http://marubunnytown.blogspot.com. Kemudian pada 13 Januari 2010, mereka membuka halaman bisnis di Facebook Page dengan nama yang sama dan 8 Agustus 2010, mereka memutuskan membeli domain nama marubunnytown.com. Nama MaruBunnyTown itu sendiri berasal dari ide kedua anaknya, Asyah dan Ashira, yang diambil dari nama kelinci Angora Loop peliharaan mereka yaitu maru. Sedangkan nama bunny town terinspirasi dari buku yang pernah dibaca oleh para buah hati Sary yang mengisahkan sebuah kota yang hanya didiami oleh kelinci.

Walau berasal dari hobi, Sary bukan terhindar dari suka duka dalam melakoni bisnis petshop rabbit speciality ini. Mulai dari perawatan dan pemeliharaan kelinci yang dilakukannya tanpa campur tangan orang lain hingga proses pengiriman yang riskan kematian hingga membuat Sary dan suami lebih peka lagi akan kelangsungan hidup kelinci-kelinci itu setelah terlepas dari pengasuhan mereka. Pengalaman tak menyenangkan juga dialami pasangan suami istri itu ketika melihat ada pihak yang hanya mengambil keuntungan (money oriented) dari hewan yang mereka pelihara tanpa memerdulikan kebutuhan dasar serta kebahagiaannya.

Berangkat dari pengalaman pahit itu, MaruBunnyTown mendaur ulang konsep awal yang semula hanya sebatas petshop rabbit speciality menjadi MaruBunnyTown-Pet Services dengan harapan dapat menjadi animal breeder yang lebih baik, knowledgeable animal lover dan mampu membagi pengetahuan kepada sesama animal lover yang lainnya. Dimulai pada Januari 2011, blog MaruBunnyTown yang semula berisi foto-foto kelinci yang dijual dan beberapa foto produk diubah menjadi blog yang berisi foto-foto pets yang mereka pelihara lengkap beserta dengan kegiatan serta artikel seputar perawatan dan pemeliharaan hewan. Menurut Sary, kekuatan personal menjadi kekuatan utama dalam meningkatkan personal branding MaruBunnyTown. Bersamaan dengan itu, minatnya terhadap pets semakin luas dan tak hanya terbatas pada kelinci saja.

Menanggapi kompetitor, Sary dan suami tak memperlakukan mereka sebagai pesaing bisnis melainkan teman yang saling melengkapi. Sebab menurutnya dari mereka-lah, Sary dan suami memeroleh ilmu mengenai perawatan hewan. Sarypun dengan senang hati akan merekomendasikan ke breeder lain yang telah dikenal dan memiliki reputasi baik bila hewan peliharaan yang diinginkan konsumen tak dimiliki oleh MaruBunnyTown.

Mengenai jangka pendek dan panjang dalam mengelola MaruBunnyTown, Sary beserta suami menyimpan sejumlah harapan yakni terus meningkatkan personal branding MaruBunnyTown.Com (jangka pendek) serta memiliki sebuah tempat yang lebih luas untuk mewujudkan konsep MaruBunnyTown sebagai pet services yang tak hanya sekedar menjadi animal breeder tapi juga mampu menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan perawatan hewan dengan harga terjangkau (jangka panjang). “Perjalanan MaruBunnyTown untuk kami, masih panjang. Saat ini masih berproses. Kami sudah puas dengan setiap tahapan yang kami lewati tapi tidak akan berhenti sampai impian kami tentang MaruBunnyTown tercapai,” jelasnya.

Harapan Sary akan MaruBunnyTown merupakan sikap optimisnya terhadap peluang bisnis yang dilakoninya ini di masa yang akan datang. Sary yakin bisnis itu akan bergerak positif seiring dengan energi positif yang selalu dikeluarkannya dalam mengelola MaruBunnyTown. “Saya yakin akan selalu bagus karena selalu ada animal lover dan segala sesuatu yang dilandasi cinta will last forever,” ucapnya kepada CE melalui surat elektronik beberapa waktu lalu.





Bosan Jadi Karyawan, Syam sukses WiraUsaha SPORTE


Helsusandra Syam  menuturkan bahwa kenekatan untuk meninggalkan status karyawannya didasari oleh panggilan jiwa. Ia merasa kurang mantap menapaki hidup dengan hanya menjadi karyawan.

“Jiwa saya tidak nyaman kalau kerja. Belum lagi kalau kejar target harus begadang, pulang sampai malam, padahal kita punya keluarga. Makanya kemudian saya nekat resign,” ceritanya.

Sebelum menjual pakaian renang ini, Syam bersama sang istri, Efa di tahun 2006 sudah menjual berbagai macam produk fashion, mulai dari blazer, selimut, hingga mukena lewat blog yang dibuatnya. Di sinilah Syam memulai perjuangannya menjadi seorang entrepreneur.

“Pernah ada yang minta lihat selimut, sepertinya dia mau beli banyak. Kita datangi kantornya, kita bawa banyak selimut naik bis, eh ternyata cuma beli 1. Kejadian begitu sudah sering kita alami,” kenang Efa.

Cerita berlanjut saat ada salah seorang teman Syam yang memproduksi pakaian renang muslim. Temannya ini merasa kesulitan untuk menjual produknya. Ia kemudian meminta Syam dan Efa untuk mempromosikan lewat blog yang telah Syam buat. Ternyata responnya sangat baik. “Waktu itu belum banyak yang buat pakaian renang ini,” tambah Syam.

Seiring berjalannya waktu permintaan akan pakaian renang muslim ini pun meningkat. Namun sang teman merasa tak sanggup lagi memproduksi sehingga Syam harus memutar otak untuk memenuhi keinginan pelanggannya.

“Kita pernah mengembalikan uang pelanggan. Gara-garanya mereka sudah kirim uang, ternyata kita tidak bisa memenuhi pesanannya,” ujar Efa.

Syam menyiasati kendala ini dengan mencari konveksi yang dapat dijadikan rekanan. Sistemnya, Syam dan Efa membuat desain, para customer yang ingin memesan dapat membayar uang muka 50% lebih dulu dan sisanya dibayar setelah pesanan diantar. Cara ini diyakini sebagai cara yang paling efektif untuk menekan budget.

Ternyata tidak mudah mencari rekanan yang dapat memenuhi permintaan Syam.  Ia dan istrinya perlu mondar-mandir, bertanya kanan-kiri, bahkan hingga mencari ke Bandung, Jawa Barat untuk mendapatkan konveksi yang bisa memenuhi kebutuhan produksinya.

Sudah tenang kah mereka setelah mendapat rekanan? Sama sekali belum. Kendala datang silih berganti saat menjalin rekanan dengan beberapa konveksi. Dari sulitnya mengontrol konsistensi kualitas, keterlambatan produksi, hingga  tertipu oleh salah satu rekanan.

“Kami diminta membayar di muka untuk keperluan membeli bahan, namun setelah sekian lama bahan tersebut tak kunjung dibeli. Akhirnya kami pasrah saja dan jadikan itu pelajaran,” kenang Efa.

Kendala-kendala tersebut membuat pasokan produk ke para customer menjadi tersendat. Akhirnya Syam pelan-pelan membeli alat jahit dan berproduksi sendiri. Syam pun sangat percaya diri walau ia tak paham betul bagaimana cara menjahit sebuah bahan hingga menjadi sebuah pakaian renang.

“Mensiasatinya gampang, pegang saja orang yang sudah lama kerja dikonveksi. Dari situ kita bisa produksi sendiri seperti sekarang ini,” jelas mantan presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Budi Luhur ini.

Buahnya, saat ini Syam berhasil meluaskan pasar Sporte hingga mancanegara. Beberapa Negara seperti Kanada, Dubai, dan Malaysia telah menjadi pelanggan tetapnya. Penjualan Sporte sekarang sudah menembus angka 500 potong per hari.


Semuanya ia dapatkan tanpa membuka toko, 100% penjualan hasil dari online shop lewat website yang dibuat sendiri oleh Syam. Selain pakaian renang, Sporte pun menyediakan pakaian senam muslim.

Membesarkan Sporte seperti saat ini Syam bisa dibilang hanya bermodal nol rupiah. “Kami awalnya,  kan mengandalkan relasi saja. Setelah ada hasil baru kami putar uangnya,” jawab Syam.

Syam pun membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin mereguk untung dari bisnis ini. Ia memberikan 3 pilihan, menjadi distributor, agen, atau reseller bagi mereka yang ingin berjualan produk Sporte.

Untuk tingkat reseller Syam memberi target penjualan Rp 15 juta per bulan, jika tercapai Syam akan memberi diskon 40%. Mereka yang memilih menjadi agen diwajibkan menjual minimal Rp 7 juta rupiah untuk bisa mendapatkan diskon 30%. Sedangkan untuk reseller akan mendapatkan diskon 20% jika penjualannya mencapai Rp 3,5 juta.

Menurut Efa, semua pencapaian Sporte saat ini adalah berkat restu kedua orang tuanya. “Dulu saya tidak direstui orang tua kalau jualan. Tapi setelah saya memohon dan restu didapat, ternyata benar, usaha ini semakin besar,” ungkap alumni Institut Pertanian Bogor ini.

Ke depan, Syam dan Efa berharap agar Sporte dapat dikenal lebih luas di mata masyarakat. Lebih dari itu, harapan terbesar Syam, Sporte bisa menjadi pilihan utama kaum muslimah untuk melakukan aktifitas renang








Jumat, 20 Juli 2012

Perjuangan Ingvar Kamprad dari jualan Korek Api sampai IKEA Furniture


Bakat bisnis pria kelahiran 30 Maret 1926 di Swedia ini memang terlihat sejak usia belia. Pada usia dimana anak-anak sedang asyik bersekolah, Kampard sudah memanfaatkan peluang usaha berdagang korek api. Ia menemukan bahwa ia bisa membeli korek api dalam jumlah besar sangat murah dari Stockholm, menjualnya secara individu dengan harga murah, dan masih menghasilkan keuntungan yang baik.

Ia menjajakannya ke teman-teman dan tetangganya dengan bersepeda. Dengan tekad yang kuat untuk menjadi orang besar, Kampard semakin gigih menjajakan peluang usaha korek apinya. Kemudian setelah labanya terkumpul, Kampard mencoba bisnis peluang usaha baru. Ia merambah bisnis lain, di antaranya yaitu peluang usaha berjualan ikan, dekorasi pohon natal, benih, pena, dan pensil.

Meski rajin berbisnis beraneka peluang usaha, ia tak lupa pendidikannya. Kampard merupakan siswa yang berprestasi. Karena prestasinya yang memuaskan, pada usia 17 tahun, sang ayah memberikan hadiah uang padanya. Alih-alih untuk bersenang-senang, ia pun memilih menggunakan uangnya untuk berbisnis.
Pemberian ayahnya dimanfaatkannya untuk membuka IKEA. Namun, kala itu ia lebih banyak menjual berbagai barang kelontongan seperti pulpen, dompet, maupun bingkai foto. Melalui IKEA, Kampard terus menuai keuntungan. Peluang usahanya semakin maju. Kemudian, keinginannya mengembangkan usaha mengantarkan pada usaha yang membesarkan IKEA hingga mendunia, yakni berbisnis mebel.

Namun, awalnya ia sebenarnya bukan hanya ingin berbisnis peluang usaha mebel. Hanya karena keterbatasan modallah yang membuat ia akhirnya memutuskan fokus pada penjualan mebel. Sebuah keputusan yang ternyata menjadi pilihan tepat sebagai penentu masa depannya.

Dalam bisnis tersebut, Kampard sempat jatuh bangun. Sebab, pesaing di bisnis peluang usaha itu sangatlah banyak. Tetapi jiwa bisnis yang telah dipupuk sejak belia membuatnya terus bertahan. Ia menggunakan strategi peluang usaha  mempertahankan harga murah dengan kualitas yang prima. Untuk melebihi pesaingnya, Kampard membuat ruang pamer mebel dimana pelanggan dapat melihat-lihat kualitas produk yang diinginkannya dan desain-desain baru yang selalu dihadirkannya.

Strateginya sukses. Kesuksesan itu membuat Kampard mampu memperluas usahanya hingga keluar Swedia. Demi kemajuan peluang usahanya, Kampard juga selalu berusaha menyediakan berbagai jenis desain dari banyak, seperti dari China, Vietnam, dan lain-lain. Berkat strategi penjualannya, IKEA menjadi sebuah perusahaan mebel raksasa yang memiliki lebih dari 200 outlet di 31 negara dan memiliki lebih dari 75 ribu pekerja.



Nama IKEA ternyata adalah kepanjangan dari sang pemilik, Ingvar Kamprad, alias IK. Sedangkan nama EA adalah kepanjangan dari Elmtaryd-Agunaryd. Kedua kepanjangan yang disebut terakhir berasal dari nama tanah pertanian tempat Kampard dilahirkan, sedangkan Agunaryd merupakan nama desa terdekat tempat ia dilahirkan.

Merek IKEA kini memang seakan telah menjadi raja mebel dunia. Saat orang menyebut nama mebel, satu nama yang selalu ada di benak adalah IKEA. Namanya bahkan dianggap setara dengan merek ritel lain, seperti McDonald untuk fastfood dan Coca Cola untuk minuman bersoda.

Karena itu, tak heran jika Ingvar Kamprad kini dinobatkan sebagai orang terkaya ketujuh di dunia dengan total kekayaan US$ 31 Milyar oleh majalah Forbes 2008. Sebuah jumlah yang sangat fantastis mengingat ia-konon-hanya berbisnis di bidang mebel tersebut.


Desain indah nan inovatif tersebut rupanya didukung oleh keberadaan yayasan sosial yang dibentuknya, Stichting INGKA Foundation. Di yayasan itu, ia mengembangkan pendidikan yang utamanya berhubungan dengan desain dan arsitek. Konon, dana yayasan tersebut melebihi kekayaannya sendiri. Bahkan, inilah yayasan yang disebut-sebut sebagai yayasan dengan dana terbesar di dunia, yakni mencapai US$ 36 miliar. Satu hal yang pasti, meski memiliki yayasan dan perusahaan mebel terbesar di dunia, Kampard dikenal sangat sederhana. Mobilnya hanyalah Volvo yang sudah berusia di atas 15 tahun dan saat bepergian pun ia hanya memilih menggunakan pesawat kelas ekonomi.



Panduan Cara Memulai Usaha


Banyak orang takut memulai usaha, karena takut gagal atau takut tidak punya modal. Hermas Puspito dari ELC Digital Company mengungkapkan, ada lima poin yang harus Anda lakukan untuk menjadi pengusaha. 

Berikut lima langkah yang harus Anda jalankan untuk mulai jadi seorang entrepreneur:

1. Jaringan
Menjadi seorang pengusaha harus mempunyai relasi yang luas dan banyak. "Kita tidak bisa membuka usaha kalau tidak bisa melakukan networking," katanya dalam Entrepreneurship Festival, di Jakarta.

Memperbanyak jaringan menjadi sangat penting bagi perluasan usaha Anda. Setiap orang dapat menjadi potensi sebagai konsumen atau bekerja sama dalam mengembangkan bisnis.

2. Persiapan mental
Banyak orang yang takut memulai usaha, ini karena dalam pikirannya sudah tertanam mental takut gagal atau bingung memulai usaha. Ada juga orang yang memiliki mental jika ingin membuka usaha harus memiliki rencana bisnis yang sempurna.

Rencana bisnis diperlukan, namun tidak harus sempurna karena dapat disempurnakan ketika bisnis telah berjalan. Seorang pengusaha harus memiliki mental fokus dan disiplin. Dua hal ini diperlukan untuk menjalankan rencana bisnis yang telah dipersiapkan.

"Kalau mentalnya harus sempurna, kapan mulai bisnisnya?" katanya.

3. Modal
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam memulai bisnis. Banyak orang ingin memulai usaha, namun tak mempunyai modal sehingga tidak jalan. Padahal, untuk memulai usaha bisa dilakukan tanpa modal.

Modal terbagi menjadi tiga, modal sendiri, mencari modal dari investor atau bank, dan modal partnership. Modal sendiri dapat diraih dengan cara menabung, atau bisa juga memulai bisnis sendiri dengan tanpa modal seperi menjadi reseller (pengecer) sebuah barang.

"Reseller itu entrepreneur tahap satu, yang pelan-pelan naik jadi wirausaha sendiri," katanya.

Sedangkan untuk modal dari investor atau bank, dibutuhkan perencanaan bisnis yang baik. Serta modal ketiga adalah partnership, yaitu menggunakan aset yang sudah ada sebagai modal bekerja sama dengan orang lain. "Seperti, memanfaatkan rumah untuk menjual barang yang dititipkan," ujar Hermas.

4. Marketing
Seorang pengusaha harus mengetahui kelebihan produk yang membedakan dengan barang sejenis. Setelah itu, dipadukan dengan promosi yang menarik sehingga dapat menarik orang untuk membeli produk. Marketing juga dapat dipadukan dengan networking, sehingga menjadi komunikasi marketing yang terintegrasi.

"Harga dipadu dengan promosi, seperti 50 orang pembeli pertama dapat potongan, atau bisa juga menawarkan produk ke orang-orang yang kita kenal," katanya.

Kehadiran media sosial bisa jadi strategi marketing tersendiri. Ia menjelaskan, kehadiran media sosial dapat digunakan seorang entrepreneur untuk membangun komunitas. Komunitas dapat diarahkan untuk membuat acara yang terkait dengan produknya.

"Media sosial sekarang ini bisa menjadi marketing rendah biaya, bahkan tanpa modal, hanya cukup sambungan internet," katanya. Ia menyarankan bagi pengguna Twitter, jangan hanya berkicau produknya tapi juga memberi informasi yang berguna bagi follower.

5. Mulailah sekarang
Keempat langkah tadi tidak akan jalan jika tidak dimulai sekarang. Dalam menjalankan bisnis seorang pengusaha harus terus mengembangkan diri dengan membaca buku dan mendatangi seminar-seminar pengusaha untuk memotivasi diri.









Minggu, 15 Juli 2012

Sukses FEDERAL EXPRESS (FedEx) diawali dengan Tugas Kuliah dengan Nilai C


Fedex didirikan oleh Frederick W. Smith pada 18 Juni 1971. Smith sendiri dilahirkan di Marks, Mississipi pada tanggal 11 Agustus 1944. Ia adalah anak dari Frederick C. Smith, seorang pendiri jaringan resto Toddle House. W. Smith ditinggal mati oleh ayahnya pada usia 4 tahun.

Pada 1966,Seluruh mahasiswa yang mengikuti kuliah ekonomi di Yale University, Amerika Serikat, mendapat tugas untuk membuat sebuah makalah tentang bisnis. Fred Smith, salah satu mahasiswa di kampus tersebut, tertarik dengan usaha pengiriman surat.

Pada masa itu, pengiriman surat dan paket dilakukan dengan cara mengirimkannya lewat jalur penerbangan komersial biasa. Peti-peti berisi surat dan paket dikirimkan dengan menempati bagasi pesawat penumpang biasa. Fred merasa ini tidak efektif.

Fred akhirnya menuliskan idenya berupa sebuah bisnis pengiriman surat dan paket barang  yang diharapkan dapat mengirimkan barang dalam 24 jam dari satu kota ke kota lainnya. Ia membayangkan pengiriman barang akan dilakukan dari sebuah pusat yang diposisikan di kota Memphis. Pengiriman barang itu tidak akan menggunakan pesawat komersil penumpang biasa. Nantinya, usaha pengiriman paket  dan surat itu akan menggunakan pesawat milik perusahaan yag dikhususkan untuk barang.
Dengan percaya diri, Fred Smith mengumpulkan  makalah bisnisnya.

Seminggu setelah itu, beberapa mahasiswa yang mendapatkan nilai jelek untuk makalahnya dipanggil dosen bersangkutan. Fred adalah salah satunya dan ia harap-harap cemas ketika dipanggil masuk.
“Konsep ini menarik sekali. Tapi, bahkan untuk mendapatkan nilai C kamu harus cari yang lebih masuk akal lagi,” kata dosen tersebut kepada Fred. Resmilah ia mendapat nilai C untuk ide bisnis yang “tidak masuk akal” itu.


walapun begitu, Akhirnya  ia menyabet gelar sarjana ekonomi. Tapi, keputusan Smith sangat unik. Ia kemudian memilih bergabung dengan korps marinir AS. Ia menjadi seorang pilot dan pemimpin peleton selama lima tahun. Tak akan pernah terhapus dari sejarah bahwa dirinya pernah diterjunkan di medan pertempuran Vietnam dan tercatat 200 kali terbang dalam misi itu.
Setelah puas dengan kegiatan militernya, Smith kembali ke lingkungan awalnya, dunia ekonomi bisnis. 

Dengan modal cukup, ia berhasil mengakuisisi sebuah perusahaan perawatan pesawat terbang, Ark Aviation Sales pada tahun 1970. Tidak lama kemudian, ia berbisnis pesawat bekas. Baru pada 18 Juni 1971, Smith mengeksekusi mimpinya membangun Federal Express (FedEx). Untuk menjalankan perusahaan jasa pengiriman logistik ini, ia mengalokasi dana warisan sebesar US$ 4 juta ditambah dengan modal patungan US$ 91 juta sebagai investasi. Dalam semalam, perusahaan jasa transportasi kargo udara ini sudah melayani 186 paket dengan 14 pesawat kecil ke 25 kota yang terbentang dari Rochester, New York, sampai Florida.

Selama dua tahun sejak mendirikan Federal Express Corporation pada 18 Juni 1971, Fred Smith harus bekerja keras. Maklum, awalnya, perusahaan ini sempat menderita kerugian sampai US$ 29 juta. Para karyawan, termasuk pengemudi dan pilot, harus rela merogoh kocek membeli bahan bakar pesawat terbang atau mobil angkutan paket. Smith juga mengeluarkan dana besar untuk program promosi. Kesulitan makin bertambah saat harga minyak dunia melonjak seiring krisis di Timur Tengah.

Kondisi mereka semakin parah karena harus menghadapi persaingan sengit dengan UPS Inc. Demi memenangkan persaingan itu, Smith mengambil langkah-langkah yang lebih agresif. Misalnya, Federal Express membeli Flying Tigers, perusahaan penerbangan internasional yang berbasis di Los Angeles, AS. Nilai pembelian perusahaan itu mencapai sekitar US$ 880 juta. Setelah akuisisi itu, Federal Express menjelma menjadi perusahaan penerbangan kargo terbesar di dunia. Smith pun tak perlu lagi mengandalkan perusahaan penerbangan lain untuk mengirimkan paket ke luar negeri maupun antar pulau.


Untuk memperkuat armadanya, dia juga terus membeli truk-truk pengangkut paket baru. Meskipun kompetisi kian ketat dan kinerja finansial Federal Express tumbuh kerdil, Smith tak cemas. Sebab, dia merasa telah melakukan banyak perubahan, misalnya dengan menerapkan teknologi informasi yang canggih dan internet. Dengan serangkaian langkah itu, dia optimistis, Federal Express akan lebih maju. Smith juga sangat sabar menanti para investor di Amerika Serikat dan Eropa mengerti konsep bisnisnya yang mengutamakan keamanan, produktivitas, dan efisiensi. Jika para investor telah memahami konsep itu, Smith yakin, mereka pun tak akan segan-segan mengucurkan modal.


Kondisi perusahaan baru mulai membaik pada tahun 1976. Saat itu, Federal Express mulai membukukan laba. Mereka juga melakukan diversifikasi usaha ke bisnis pengi-riman dokumen, komputer, hingga organ tubuh. Dengan tambahan layanan ini, jumlah pelanggan pun semakin bertambah banyak. Apalagi, Federal Express juga menangani pengiriman barang milik pemerintah. Pada tahun 1978, Federal Express semakin mapan. Karena itu, dengan percaya diri, mereka menjual sebagian sahamnya ke publik dan melantai di New York Stock Exchange (NYSE). Dengan mengantongi dana segar dari lantai bursa, Smith bisa semakin mengembangkan perusahaan ini. Alhasil, pada tahun 1984, Federal Express berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 1 miliar. Ini merupakan sebuah sejarah. Sebab, saat itu, jumlah perusahaan di Amerika Serikat yang bisa mencetak pendapatan sebesar itu masih sangat sedikit.

Untuk bisa mencapai pendapatan sebesar itu, Smith menerapkan beberapa strategi khusus. Selain mengembangkan jaringan pengiriman, dia juga mengembangkan berbagai ide baru agar Federal Express bisa memberikan jasa pengiriman yang paling cepat.


FedEx pun berhasil mengirimkan paket kiriman dengan jaminan sampai ke tujuan dalam semalam. Karena jaminan ini selalu berhasil ditepati, jumlah pelanggan segera membeludak dalam waktu singkat. Rupanya komitmen pada jaminan itu menumbuhkan kepercayaan pada konsumen. Kantor FedEx semakin ramai dengan lalu lintas pengiriman barang.

Di FedEx, Smith menjadi pemimpin sekaligus presiden dan CEO yang disegani. Pada tahun 2006, Smith dinobatkan sebagai Person of the Year 2006 oleh Kamar Dagang AS-Perancis. Asal tahu saja, Smith merupakan teman satu kampus George Walter Bush dan sempat diisukan menjadi menteri pertahanan saat Bush terpilih menjadi orang nomor satu di AS.

Tahun 2007, menurut majalah Forbes, Fred Smith tercatat sebagai orang terkaya urutan 140 di Amerika dengan kekayaan total US$ 2.1 billion.





Sabtu, 14 Juli 2012

Asam Manis Kesuksesan Cuka Apel TAHESTA



Sebelum Peluang usaha cuka apelnya berkembang pesat seperti sekarang, Harry bercerita bahwa dirinya pernah melakoni berbagai bisnis, namun, semua gulung tikar. ”Mulai dari usaha tembakau, jualan kayu, pengepul SDSB, penjual roti kalengan, membuka toko garmen, hingga distributor mobil semuanya gagal,” ungkapnya.

Penyebab kegagalan semua bisnis yang pernah dilakoni Harry itu sebagian besar akibat ulah nakal orang-orang kepercayaannya. ”Saya terlalu mudah percaya, hingga saat mereka bawa barang atau pinjam uang peluang usaha saya manut saja,” beber Harry tentang kelemahan dirinya di masa lalu.

Titik nadir jalan hidup Harry terjadi pada pertengahan 1990-an. Berkali-kali gagal berbisnis aneka pleuang usaha membuat utang Harry menumpuk. Akibatnya, bank pemberi kredit berniat menyita rumah tempat tinggalnya. ”

Di tengah keterpurukannya, Harry masih mencoba bertahan dengan mencari peruntungan sebagai sopir taksi. ”Saya menjalani pekerjaan sopir ini selama hampir lima tahun, dari 1992 hingga 1996,” ujarnya. Hidupnya dari terminal satu ke terminal lain untuk mencari penumpang.

Namun, Tuhan memang tak membiarkan hambanya yang berupaya tak kenal lelah, sengsara selamanya. Pada tahun kelima Harry menjadi sopir, dia bertemu dengan salah satu petinggi perusahaan produsen air minum dalam kemasan merek Aquanar sebagai penumpangnya.

Seperti biasa, selama perjalanan, Harry pun banyak bercerita untuk menghibur penumpang. Saat lewat di depan rumahnya yang hampir disita bank, Harry juga menunjukkan ke penumpangnya. ”Penumpang saya heran, rumah saya besar kok saya jadi sopir taksi,” cerita Harry. Nah, dari situlah Harry mengungkapkan bahwa dirinya dulu mantan pengusaha. Namun, karena salah urus, usahanya bangkrut.

Cerita Harry itu rupanya membuat sang penumpang jatuh iba. Harry pun mendapat tawaran untuk menjadi distributor Aquanar. ’’Nah, dari situ semua berubah,’’ katanya. Pengalaman panjang di berbagai usaha, membuat Harry tidak kesulitan menjual Aquanar. Dalam bulan pertama saja, dia mampu menjual Aquanar sebanyak 13 truk yang masing-masing berisi 7.00 botol. ’’Rasanya semuanya mudah, ada teman yang bilang sesuai ilmu hongshui, peruntungan saya memang memang di bidang air,” ujarnya. Ucapan senda gurau itu ingin diuji oleh Harry dengan membuka bisnis sendiri dengan membuat minuman limun dalam kemasan. ”Ternyata lagi-lagi saya sukses,” ujarnya.

Pada 2000, bos pemilik Aquanar meninggal dunia. Karena kondisi perusahaan yang kurang kondusif. Harry memutuskan melepas Aquanar dan semakin serius di bisnis limun. ’’Baru pada 2001, saya coba cuka apel. Berlanjut sampai sekarang. peluang Bisnis limunnya tidak jalan karena permintaan banyak ke apel,’’ katanya.

Kenapa Harry memilih cuka apel ? Harry mengungkapkan, ketertarikannya pada peluang bisnis cuka apel berawal dari kegemarannya membaca buku. Salah satu yang dibacanya adalah tentang apel yang mengandung bahan-bahan berkhasiat. ”Apel itu seperti raja buah. Macam-macam vitamin tersedia di dalamnya. Tapi kenapa kok tidak ada yang memproduksi bahan olahannya,’’ ujar Harry mengungkapkan kegalauan hatinya saat mengawali peluang usaha bisnis cuka apel pada awal tahun 2000.

Berawal dari inspirasi itulah, Harry dibantu seorang karyawan membuat jus dari 25 kg apel pada 2001. Pada awal masa produksi itu, pihaknya mampu membuat hingga 25 karton. Setiap karton berisi 12 botol. Ternyata, produk peluang usaha cuka apel itu digemari oleh tetangga di seleliling rumah dan pembeli toko-toko yang dititipi cuka apel oleh Harry. ”Karena setiap saya buat selalu habis, maka produksi terus kami tambah,” ujarnya.

Penjualan yang terus melesat, tak membuat Harry cepat puas. Dia terus berusaha meningkatkan kualitas peluang usaha cuka apel Tahesta dengan banyak berkonsultasi dengan para pakar pangan dari Universitas Brawijaya. Khususnya tentang bagaimana fermentasi apel yang baik dan suhu ruang yang dibutuhkan. ”Saya selalu tekankan ke karyawan dan konsumen, kita bukan jual jamu, tapi minuman yang punya nutrisi bagus,” ujarnya.

Tidak disangka, omzet peluang usaha cuka apel Tahesta semakin berkembang. Dari yang semula hanya mampu membeli sebuah rumah di Sidoarjo, satu tahun berikutnya, ia mampu membeli lahan di Pandaan seluas 1000 meter persegi. ’’Tahun 2005 saya bangun 2.000 meter persegi lagi. Sampai sekarang saya gunakan untuk pabrik,’’ terangnya.

Terobosan dalam cara berproduksi yang efisien juga terus dilakukan agar harga jual terjangkau masyarakat segala lapisan. Hasilnya, meskipun kini mampu memproduksi puluhan ribu botol cuka apel tiap bulan, Harry hanya melibatkan sekitar 60 karyawan. Harga jual cuka apel Tahesta juga hanya sekitar Rp 23.000 hingga Rp 50.000 per botol, sangat bersaing dengan cuka apel sejenis, apalagi yang produk impor.

Saat ini, perusahaan Harry mampu memproduksi 3 ton cuka apel per bulan dari 4 ton apel yang dimasak. Produk cuka apel Tahesta dikirim ke seluruh wilayah Indonesia mulai Sumatra, Jakarta, Palu, Lombok, Balikpapan, sampai Papua. ’’Satu bulan ada 7.000 karton cuka apel kami jual,’’ katanya. Dari produksi itu, ia mampu membukukan omzet rata-rata Rp 1 miliar per bulan.

Kini Kesibukan terlihat di halaman sebuah rumah sederhana di Jalan Karah Agung Surabaya . Pegawai hilir mudik menaikkan kardus berisi penuh botol ukuran 300 cc ke sebuah mobil pikap. Sebagian karyawan lain sibuk mencatat pembukuan di bagian dalam rumah yang juga berfungsi sebagai kantor.


Itulah kantor pemasaran PT Tirta Sarana Sukses, produsen minuman kesehatan cuka apel merek Tahesta. Dari tempat itulah Harry Wibowo, mengkoordinir penjualan berton-ton cuka apel Tahesta ke seluruh Indonesia.


Harry sebetulnya ingin memperluas pasar peluang usaha dengan ekspor. Namun, ia mengaku masih kewalahan ketika memenuhi permintaan dari pasar lokal. ’’Untuk dalam negeri saja selalu habis, jadi belum cukup untuk ekspor,’’ katanya. Apalagi proses fermentasi membutuhkan waktu yang tidak sebentar.


Apel bagi Harry Wibowo lebih dari sekedar buah. Melalui produksi cuka hasil fermentasi”raja buah” itu, hidup Harry berbalik 180 derajat. Dari pengusaha yang hampir bangkrut dan memaksanya menjadi sopir taksi, Harry bangkit dan kini mampu meraup omzet miliaran rupiah tiap bulan.









Rabu, 11 Juli 2012

Diawali modal Kerja Bisnis kecil 50 ribu, kini DE TANJUNG beromset Besar puluhan juta/bulan


Banyak orang mengatakan bahwa merintis sebuah usaha butuh modal dana yang tidak sedikit. Dari mulai biaya sewa tempat, biaya produksi, biaya promosi, semuanya membutuhkan kucuran dana yang cukup besar. Namun hal ini ternyata tidak berlaku bagi seorang pengusaha sukses Dewi Tanjung Sari yang berhasil merintis bisnis wedding card, souvenir dan pernak-pernik pernikahan dengan modal bisnis kecil berupa uang lebaran dari sang paman sebesar Rp 50.000,00.

Terlahir di sebuah keluarga sederhana, Dewi kecil sudah terbiasa hidup serba terbatas setelah sang Ayah tercinta kembali ke pangkuan Illahi sejak Dewi masih bayi. Ibunya yang berprofesi sebagai seorang pembantu, memberikan banyak inspirasi bagi Dewi hingga akhirnya Ia berusaha melakukan sesuatu yang berarti untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yang semakin tinggi.

Ketika duduk di bangku kuliah, lulusan D3 Universitas Brawijaya ini tidak pernah berhenti mencari akal peluang usaha untuk mendapatkan uang tambahan dengan modal usaha yang sangat kecil. Dan di saat Ia menerima uang lebaran sebesar Rp 50.000,00 dari sang paman, ibu satu orang anak ini mulai berkreasi menciptakan kerajinan daur ulang limbah dengan memunguti daun-daun kering yang berserakan di halaman kampusnya. Pada saat itu Ia membuat produk kerajinan peluang usaha seperti block note, buku telepon, pigura, dan lain sebagainya.

Dari usahanya yang terbilang kecil, Dewi berhasil mendapatkan banyak orderan dari teman-teman kampusnya maupun orang-orang disekitarnya. Perlahan tetapi pasti, peluang usaha bisnis kreatif yang dijalankan Dewi mulai menunjukan prospek pasar yang cukup besar. Hingga akhirnya di tahun 2003 Dewi mulai fokus menjalankan peluang usaha bisnisnya dengan mengangkat De Tanjung sebagai brand perusahaannya dan lebih banyak memproduksi kartu undangan pernikahan, souvenir pernikahan, sampai pernak-pernik lainnya yang dibutuhkan para konsumen untuk melengkapi moment penting tersebut.

Memasuki tahun 2004, melalui salah seorang kenalannya, Dewi mulai memasarkan produk kreasinya ke beberapa negara tetangga. Misalnya saja seperti Australia, Malaysia, Hong Kong, bahkan hingga ke Negara Jerman, dengan omset puluhan juta setiap bulannya. Banjir pesanan pun dialami De Tanjung setiap bulannya, hingga pada akhirnya di tahun 2009 silam badai krisis global meruntuhkan perusahaan ekspor yang bekerjasama dengan De Tanjung dan Dewi pun terpaksa menghentikan kegiatan ekspor yang menjadi salah satu sumber dana perusahaannya.

Bangkit dari Krisis Ekspor
Pasang surut perjalanan bisnis De Tanjung setelah menghentikan kegiatan ekspornya ke beberapa negara tetangga, memang sempat membuat Dewi patah semangat dalam mengembangkan usahanya. Namun dengan kekuatan tekad yang masih tersisa, Dewi mulai berputar arah mencari strategi bisnis baru agar bisa tetap bertahan di tengah badai krisis yang Ia hadapi. Dengan modal yang masih tersisa, Ia ingin mengembangkan peluang usaha bisnisnya dengan cepat dan pesat melalui jalur kemitraan atau franchise.


Kesuksesan yang berhasil diraih Dewi sekarang ini, tidak terlepas dari besarnya tekad yang Ia miliki dan keberaniannya untuk segera mencoba segala usaha. Semoga informasi kisah sukses pengusaha yang berhasil mengembangkan ide kreatif, peluang usaha sukses mengolah limbah jadi rupiah ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh masyarakat Indonesia untuk segera memulai usaha. Maju terus industri kreatif Indonesia dan salam sukses.






Sukses OUVAL RESEARCH diawali Modal Patungan 3 Pemuda


Bermula dari sebuah ide kecil yang digagas oleh tiga kawanan anak muda yakni M. Rizki Yanuar, Firman Firdaus, dan Arif Maskom yang memiliki kegemaran (hobi) bermain skateboard, ternyata Ouval Research berhasil tumbuh dengan pesat dan menjadi salah satu pelopor bisnis clothing di Kota Bandung yang keberadaannya tidak hanya dikenal masyarakat lokal, namun juga mulai diminati konsumen internasional.

Dirintis pada tahun 1997 dengan bermodalkan uang patungan sebesar Rp 200.000,00, Rizki Yanuar dan kedua rekannya ingin menciptakan peluang wirausaha produk-produk kreatif yang bisa mendukung penampilan atau style komunitas skateboard yang mereka gawangi. Dari sinilah mereka mulai melahirkan ide kreatif dan inovatif melalui beragam jenis produk peluang usaha yang mereka ciptakan, sebut saja seperti kaos serta sweater yang kehadirannya tidak hanya diminati komunitas skateboard di kota Bandung, namun juga mulai diterima konsumen umum di sekitar kota kembang dan kawasan Ibukota Negara (Jakarta).

Mengusung Ouval Research sebagai brand produk peluang usaha yang mereka tawarkan, pada dasarnya ketiga anak muda ini ingin menularkan semangat, spontanitas, kebersamaan, kepercayaan diri, serta cara menikmati hidup kepada para konsumennya. Melalui nama “Ouval” yang memiliki arti Originality for Understanding Viction and Artificial Language, serta kata “Research” yang memiliki arti selalu memberikan upaya baru untuk menciptakan sesuatu yang unik dan berbeda, Rizki, Firman, dan Arif berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan anak muda dengan membuat desain produk yang tidak pasaran.

Hal ini dibuktikan Ouval Research dengan terus berkarya menciptakan produk-produk peluang usaha yang semakin beragam. Mulai dari kaos, sweater, hoodie, kemeja, celana, tas, topi, sepatu, sandal, belt (sabuk), dompet, gantungan kunci, papan skateboard, MP3 player, otopet, dan lain sebagainya. Bahkan untuk memanjakan para konsumen, Ouval Research juga sengaja mengganti konsep desain produk setiap enam bulan sekali untuk memberikan pelayanan spesial kepada para pelanggannya. Untuk desain kaos dan sweater, mereka membatasinya maksimal 30 desain setiap bulannya, dan setiap desain yang ditawarkan hanya diproduksi sebanyak 50 sampai 100 pcs. Sehingga tidak heran bila banyak orang yang mengatakan bahwa produk kreatif buatan Ouval Research terbilang cukup limited edition dan kualitasnya sangat memuaskan para konsumen.

Kesuksesan Ouval Research dalam merebut hati konsumen, menjadi sebuah pintu gerbang peluang usaha yang mengantarkan Rizki, Firman, dan Arif menjadi seorang milyarder di usianya yang terbilang masih cukup muda. Dengan menerapkan sistem konsinyasi (titip jual) dan melayani penjualan secara putus, sekarang ini produk Ouval Research telah didistribusikan ke berbagai kota di Indonesia dan menjangkau beberapa kawasan di negara tetangga. Sebut saja seperti Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Semarang, Surabaya, Bali, Padang, Banjarmasin, Balikpapan, Bogor, Singapura, Malaysia, serta Jerman.

Kejelian ketiga pemuda ini dalam melihat kebutuhan pasar peluang usaha, menjadi salah satu kunci sukses peluang usaha  yang bisa menutupi kecilnya modal usaha yang mereka miliki saat itu. Semoga informasi profil pengusah sukses yang mengangkat ouval research, pelopor bisnis clothing yang mendunia ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh pemuda di Indonesia untuk segera memulai usaha. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.