Sabtu, 14 Juli 2012

Asam Manis Kesuksesan Cuka Apel TAHESTA



Sebelum Peluang usaha cuka apelnya berkembang pesat seperti sekarang, Harry bercerita bahwa dirinya pernah melakoni berbagai bisnis, namun, semua gulung tikar. ”Mulai dari usaha tembakau, jualan kayu, pengepul SDSB, penjual roti kalengan, membuka toko garmen, hingga distributor mobil semuanya gagal,” ungkapnya.

Penyebab kegagalan semua bisnis yang pernah dilakoni Harry itu sebagian besar akibat ulah nakal orang-orang kepercayaannya. ”Saya terlalu mudah percaya, hingga saat mereka bawa barang atau pinjam uang peluang usaha saya manut saja,” beber Harry tentang kelemahan dirinya di masa lalu.

Titik nadir jalan hidup Harry terjadi pada pertengahan 1990-an. Berkali-kali gagal berbisnis aneka pleuang usaha membuat utang Harry menumpuk. Akibatnya, bank pemberi kredit berniat menyita rumah tempat tinggalnya. ”

Di tengah keterpurukannya, Harry masih mencoba bertahan dengan mencari peruntungan sebagai sopir taksi. ”Saya menjalani pekerjaan sopir ini selama hampir lima tahun, dari 1992 hingga 1996,” ujarnya. Hidupnya dari terminal satu ke terminal lain untuk mencari penumpang.

Namun, Tuhan memang tak membiarkan hambanya yang berupaya tak kenal lelah, sengsara selamanya. Pada tahun kelima Harry menjadi sopir, dia bertemu dengan salah satu petinggi perusahaan produsen air minum dalam kemasan merek Aquanar sebagai penumpangnya.

Seperti biasa, selama perjalanan, Harry pun banyak bercerita untuk menghibur penumpang. Saat lewat di depan rumahnya yang hampir disita bank, Harry juga menunjukkan ke penumpangnya. ”Penumpang saya heran, rumah saya besar kok saya jadi sopir taksi,” cerita Harry. Nah, dari situlah Harry mengungkapkan bahwa dirinya dulu mantan pengusaha. Namun, karena salah urus, usahanya bangkrut.

Cerita Harry itu rupanya membuat sang penumpang jatuh iba. Harry pun mendapat tawaran untuk menjadi distributor Aquanar. ’’Nah, dari situ semua berubah,’’ katanya. Pengalaman panjang di berbagai usaha, membuat Harry tidak kesulitan menjual Aquanar. Dalam bulan pertama saja, dia mampu menjual Aquanar sebanyak 13 truk yang masing-masing berisi 7.00 botol. ’’Rasanya semuanya mudah, ada teman yang bilang sesuai ilmu hongshui, peruntungan saya memang memang di bidang air,” ujarnya. Ucapan senda gurau itu ingin diuji oleh Harry dengan membuka bisnis sendiri dengan membuat minuman limun dalam kemasan. ”Ternyata lagi-lagi saya sukses,” ujarnya.

Pada 2000, bos pemilik Aquanar meninggal dunia. Karena kondisi perusahaan yang kurang kondusif. Harry memutuskan melepas Aquanar dan semakin serius di bisnis limun. ’’Baru pada 2001, saya coba cuka apel. Berlanjut sampai sekarang. peluang Bisnis limunnya tidak jalan karena permintaan banyak ke apel,’’ katanya.

Kenapa Harry memilih cuka apel ? Harry mengungkapkan, ketertarikannya pada peluang bisnis cuka apel berawal dari kegemarannya membaca buku. Salah satu yang dibacanya adalah tentang apel yang mengandung bahan-bahan berkhasiat. ”Apel itu seperti raja buah. Macam-macam vitamin tersedia di dalamnya. Tapi kenapa kok tidak ada yang memproduksi bahan olahannya,’’ ujar Harry mengungkapkan kegalauan hatinya saat mengawali peluang usaha bisnis cuka apel pada awal tahun 2000.

Berawal dari inspirasi itulah, Harry dibantu seorang karyawan membuat jus dari 25 kg apel pada 2001. Pada awal masa produksi itu, pihaknya mampu membuat hingga 25 karton. Setiap karton berisi 12 botol. Ternyata, produk peluang usaha cuka apel itu digemari oleh tetangga di seleliling rumah dan pembeli toko-toko yang dititipi cuka apel oleh Harry. ”Karena setiap saya buat selalu habis, maka produksi terus kami tambah,” ujarnya.

Penjualan yang terus melesat, tak membuat Harry cepat puas. Dia terus berusaha meningkatkan kualitas peluang usaha cuka apel Tahesta dengan banyak berkonsultasi dengan para pakar pangan dari Universitas Brawijaya. Khususnya tentang bagaimana fermentasi apel yang baik dan suhu ruang yang dibutuhkan. ”Saya selalu tekankan ke karyawan dan konsumen, kita bukan jual jamu, tapi minuman yang punya nutrisi bagus,” ujarnya.

Tidak disangka, omzet peluang usaha cuka apel Tahesta semakin berkembang. Dari yang semula hanya mampu membeli sebuah rumah di Sidoarjo, satu tahun berikutnya, ia mampu membeli lahan di Pandaan seluas 1000 meter persegi. ’’Tahun 2005 saya bangun 2.000 meter persegi lagi. Sampai sekarang saya gunakan untuk pabrik,’’ terangnya.

Terobosan dalam cara berproduksi yang efisien juga terus dilakukan agar harga jual terjangkau masyarakat segala lapisan. Hasilnya, meskipun kini mampu memproduksi puluhan ribu botol cuka apel tiap bulan, Harry hanya melibatkan sekitar 60 karyawan. Harga jual cuka apel Tahesta juga hanya sekitar Rp 23.000 hingga Rp 50.000 per botol, sangat bersaing dengan cuka apel sejenis, apalagi yang produk impor.

Saat ini, perusahaan Harry mampu memproduksi 3 ton cuka apel per bulan dari 4 ton apel yang dimasak. Produk cuka apel Tahesta dikirim ke seluruh wilayah Indonesia mulai Sumatra, Jakarta, Palu, Lombok, Balikpapan, sampai Papua. ’’Satu bulan ada 7.000 karton cuka apel kami jual,’’ katanya. Dari produksi itu, ia mampu membukukan omzet rata-rata Rp 1 miliar per bulan.

Kini Kesibukan terlihat di halaman sebuah rumah sederhana di Jalan Karah Agung Surabaya . Pegawai hilir mudik menaikkan kardus berisi penuh botol ukuran 300 cc ke sebuah mobil pikap. Sebagian karyawan lain sibuk mencatat pembukuan di bagian dalam rumah yang juga berfungsi sebagai kantor.


Itulah kantor pemasaran PT Tirta Sarana Sukses, produsen minuman kesehatan cuka apel merek Tahesta. Dari tempat itulah Harry Wibowo, mengkoordinir penjualan berton-ton cuka apel Tahesta ke seluruh Indonesia.


Harry sebetulnya ingin memperluas pasar peluang usaha dengan ekspor. Namun, ia mengaku masih kewalahan ketika memenuhi permintaan dari pasar lokal. ’’Untuk dalam negeri saja selalu habis, jadi belum cukup untuk ekspor,’’ katanya. Apalagi proses fermentasi membutuhkan waktu yang tidak sebentar.


Apel bagi Harry Wibowo lebih dari sekedar buah. Melalui produksi cuka hasil fermentasi”raja buah” itu, hidup Harry berbalik 180 derajat. Dari pengusaha yang hampir bangkrut dan memaksanya menjadi sopir taksi, Harry bangkit dan kini mampu meraup omzet miliaran rupiah tiap bulan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar